Pages

Tuesday, October 11, 2011

Kenangan Seorang Ibu

Masa usia setahun , ibu suapkan makanan dan memandikan kita. Cara kita ucapkan terima kasih kepadanya hanyalah dengan menangis sepanjang malam.

Saat usia 2 tahun, ibu mengajar kita bermain. Kita ucapkan terima kasih dengan
lari sambil tertawa terkekeh-kekeh apabila dipanggil.

Ketika usia 3 tahun, ibu menyediakan makanan dengan penuh kasih sayang.Kita ucapkan terima kasih dengan menumpahkan makanan.

Masuk usia 4-5 tahun, ibu belikan pensil warna dan pakaian. Kita
ucapkan terima kasih dengan menconteng dinding dan bergolek atas lantai
kotor.

Saat usia 6 tahun, ibu memimpin tangan kita ke Tadika.Kita ucapkan terima kasih dengan menjerit," Tak mahu! Tak mahu !".

Ketika usia 7 tahun, ibu belikan sebiji bola, kita ucapkan terima kasih dengan memecahkan cermin rumah jiran.

Setelah usia 8-9 tahun, ibu menghantar kita ke sekolah, kita ucapkan terima kasih dengan ponteng sekolah.

Di usia 10-11 tahun, ibu menghabiskan masa sehari suntuk dengan kita, kita ucapkan terima kasih dengan tidak bertegur sapa dan asyik bermain dengan kawan.

Menjelang usia 13 tahun, ibu suruh pakai pakaian menutup aurat, kita ucapkan terima kasih dengan memberitahu bahawa pakaian itu ketinggalan zaman.

Ketika menjangkau 18 tahun, ibu menangis apabila tahu kita di terima masuk universiti , kita ucapkan terima kasih dengan bersuka ria bersama kawan-kawan.

Menjelang usia 20 tahun, ibu bertanya apakah kita ada teman istimewa, kita katakan,...." itu bukan urusan ibu.

Setelah usia 25 tahun, ibu bersusah payah menanggung perbelanjaan perkawinan kita, ibu menangis dan memberitahu bahawa dia sangat sayangkan kita, tanda kita ucapkan terima kasih dengan pindah jauh darinya.

Ketika usia 30 tahun, ibu menelefon memberi nasihat mengenai penjagaan bayi, kita dengan megah berkata,... " itu dulu , sekarang zaman moden

". Ketika usia meningkat 40 tahun, ibu menelefon mengingatkan tentang kenduri di kampung, kita berkata, " kami sibuk...tak ada masa nak datang ".

Menjelang usia 50 tahun, ibu jatuh sakit dan meminta kita menjaganya. Kita bercerita tentang kesibukan dan kisah-kisah ibu bapa yang menjadi beban bagi anak-anak. Dan kemudian suatu hari...kita mendapat berita ibu meninggal, khabar itu mengejutkan.... dalam linangan air mata, segala perbuatan terhadap ibu muncul dalam ingatan satu persatu....

Saat di taman kanak-kanak, ibu menghantar hingga masuk ke dalam kelas,ibu perlu menunggu di sebelah sana. Kita tak peduli sebanyak manapun pekerjaannya di rumah, kita tak perduli hujan, panas atau rasa bosannya ketika menunggu. Kita senang ibu menunggu kita sampai lonceng berbunyi.

Setelah besar, Kita sering meninggalkannya bermain dengan teman-teman dan
berseronok.Tak pernah kita menemani ibu ketika sakit, ketika ibu
memerlukan pertolongan kita tak pernah ada. Masuk alam remaja, kita sering merasa malu berjalan bersama ibu. Pakaian dan dandannyaku anggap kuno dan tak serasi dengan penampilan kita. Bahkan sering kali kita sengaja mendahuluinya berjalan satu dua meter di depannya agar orang tak menyangka kita bersamanya... malu!.. Padahal ibu yang menjagaku sejak kecil, tak pernah memikirkan penampilannya, tak pernah membeli pakaian baru , apalagi perhiasan baru untuknya tapi ibu gunakan untuk membelikan kita pakaian yang bagus-bagus agar kita kelihatan cantik. Ibu mengangkat tubuh kita ketika kita jatuh, membasuh luka di kaki dan mendekapku erat-erat saat kita menangis.

Mulai masuk di Intitut pengajiaan tinggi, kita makin jauh dengannya. kita pintar dan cerdas sering kali menganggap ibu orang bodoh dan tak mengerti apa-apa. Ibu yang kita anggap bodoh, tak berwawasan , tak mengerti apa-apa, dan bukan orang berpendidikan, doa di setiap sujudnya, pengorbanan dan cintanya tak pernah terhenti sedetikpun untuk anak-anaknya.

Semua kenangan itu muncul satu persatu di fikiran kita. Dalam linangan air mata yang sudah terlambat, terus mengalir kedukaan dan penyesalan.Benar bahawa kasih Ibu kepada
anaknya tak terbatas.....pengorbanan ibu jika dihitung takkan terbalas oleh seorang anak.

No comments: